Wekepo.com – Jika ingin menonton drama kejahatan yang dibalut dengan komedi, The Grand Budapest Hotel adalah salah satu film yang layak untuk ditonton. Sutradara kenamaan Hollywood, Wes Anderson, menjadi sutradara sekaligus penulis naskah bagi film ini.
Sementara itu, empat studio yang berkolaborasi dalamproduksi film ini meliputi Fox Searchlight Pictures, Indian Paintbrush, Studio Babelsberg, serta American Empirical Pictures.
Para pemain film The Grand Budapest Hotel di antaranya yakni Ralph Fiennes yang berperan sebagai Monsieur Gustave H., Tony Revolori sebagai Zero Moustafa saat muda, F. Murray Abraham sebagai Zero Moustafa saat tua, Adrien Brody sebagai Dmitri, Willem Dafoe sebagai J. G. Jopling, serta Saoirse Ronan sebagai Agatha.
Kemudian, ada pula Tilda Swinton yang berperan sebagai Madame D., Edward Norton sebagai Albert Henckels, Mathieu Amalric sebagai Serge X, Jeff Goldblum sebagai Kovacs, Harvey Keitel sebagai Ludwig, Tom Wilkinson sebagai “Penulis” saat tua, Jude Law sebagai “Penulis” saat muda, Bill Murray sebagai M. Ivan, Jason Schwartzman sebagai M. Jean, Léa Seydoux sebagai Clotilde, dan Owen Wilson sebagai M. Chuck.
Sutradara | Wes Anderson |
Penulis Naskah | Wes Anderson |
Tanggal Rilis |
|
Durasi Tayang | 100 menit |
Asal Negara |
|
Bahasa | English |
Didistribusikan oleh | Fox Searchlight Pictures |
Tema / Genre | Komedi Drama |
Berikut ini adalah sinopsis film barat The Grand Budapest Hotel.
Review Sinopsis Film The Grand Budapest Hotel
Di awal film The Grand Budapest Hotel, nampak seorang anak perempuan yang berjalan menghampiri tugu penghormatan yang ditujukan untuk seorang penulis ternama yang dalam film ini hanya disebut sebagai “Penulis”. Anak perempuan itu membawa buku paling terkenal karya penulis itu, yang berjudul “The Grand Budapest Hotel”.
Suara seorang narator kemudian mulai mengambil alih film dan membawa penonton kembali ke masa lalu. Narator ini tidak lain adalah sosok dari sang “Penulis” novel itu sendiri.
Sang narator lalu mulai menceritakan kisah hidupnya yang dibuka dari saat ketika ia telah menyelesaikan novelnya itu yakni pada tahun 1985. Sang narator mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi dalam novelnya itu didasarkan pada sebuah kisah yang ia dengar dari seseorang dalam kunjungannya ke sebuah hotel belasan tahun sebelumnya.
Pada tahun 1968, narator alias “Penulis” itu datang dan menginap di sebuah hotel besar yang bernama The Grand Budapest Hotel. Hotel ini terletak di antara puncak pegunungan bersalju yang dingin dan amat terpencil di sebuah negara fiktif bernama Republik Zubrowka.
Untuk mencapainya, pengunjung bisa menggunakan semacam gondola. Meskipun, hotel tersebut juga sebenarnya bisa dicapai lewat perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan biasa seperti mobil.
Dari penampilannya, The Grand Budapest Hotel itu nampak tidak lagi terurus. Rupanya, hotel tersebut dulu pernah berjaya dan menjadi bangunan yang sangat megah. Namun kini, hotel itu tak lagi banyak didatangi dan sangat sepi pengunjung.
Dalam kunjungannya ke The Grand Budapest Hotel, sang “Penulis” bertemu dengan pemilik hotel itu, seorang pria tua yang memperkenalkan dirinya sebagai Zero Moustafa. Meski menjadi pemilik hotel, Zero anehnya justru lebih memilih untuk tidur di kamar pegawai yang sempit.
baca: Review Sinopsis Film Pitch Perfect 1 (2012), Drama Komedi Musikal Acapella Kampus
Sang “Penulis” pun merasa tertarik untuk menggali sejarah The Grand Budapest Hotel dan latar belakang Zero. Akhirnya, melalui obrolan singkat mereka di kamar pemandian, Zero mengundang sang “Penulis” untuk makan malam bersamanya jika ia memang ingin mengetahui kisah lebih lanjut tentang Zero dan hotel itu.
Pada makan malam mereka, Zero mulai berkilas balik tentang masa mudanya. Pada tahun 1932, Zero mulai bekerja di The Grand Budapest Hotel sebagai lobby boy yang bertugas untuk melayani keperluan dan membantu para pengunjung hotel selama kunjungan mereka.
Atasan Zero sekaligus concierge (semacam manajer) hotel itu bernama Monsieur Gustave H.. Ia adalah seorang pria yang selalu berpenampilan rapi dan memiliki sopan santun yang tinggi.
Kepada Zero, Gustave selalu bersikap ramah dan mengayomi. Sebab, Zero adalah pegawai muda yang setia dan berdedikasi. Itulah mengapa Gustave cukup dekat dan menyukai sosok Zero dibandingkan para pegawai lain.
Gustave sendiri telah menjalin hubungan dekat dengan salah satu pelanggan setia hotel itu, seorang janda tua kaya bernama Madame D. Hubungan mereka telah berlangsung selama dua puluh tahun terakhir Gustave bekerja di The Grand Budapest Hotel.
Suatu hari, Madame D. berkunjung seperti biasanya ke The Grand Budapest Hotel. Namun, wanita tua itu mengungkapkan kekhawatirannya pada Gustave bahwa ia merasa sesuatu yang buruk akan menimpanya dalam waktu dekat. Gustave pun berusaha menenangkan Madame D. dengan sebaik mungkin.
Firasat Madame D. ternyata terbukti benar. Sebab, beberapa hari kemudian, Gustave dan Zero mendengar bahwa Madame D. telah meninggal secara misterius.
Gustave dan Zero pun akhirnya pergi ke kediaman Madame D. untuk memberi penghormatan terakhir sekaligus menyampaikan belasungkawa. Namun, di saat itu juga tak lama kemudian digelar acara pembacaan surat wasiat terkait pembagian harta warisan Madame D..
Seluruh anggota keluarga Madame D. menunggu dengan cemas saat pengacara keluarga mereka, Deputi Vilmos Kovacs, mulai membacakan surat wasiat itu. Namun, betapa terkejutnya mereka ketika mendengar Kovacs menyebutkan bahwa harta milik Madame D. yang paling berharga, sebuah lukisan era Renaissance berjudul Boy with Apple, justru diwariskan pada Gustave.
Putra Madame D. yang serakah dan keji, Dmitri, lalu memerintahkan agar Gustave dan Zero yang juga hadir di ruangan itu untuk ditahan. Gustave dan Zero pun dengan spontan segera melarikan diri sambil membawa pergi lukisan yang menjadi sumber masalah itu.
Dmitri lalu berusaha meminta Kovacs untuk membantunya membatalkan kekuatan hukum dari surat wasiat ibunya. Tetapi, Kovacs yang jujur menolak permintaan Dmitri. Dmitri akhirnya mengirim seorang pembunuh bayaran yang sadis bernama J. G. Jopling untuk membunuh Kovacs serta mengejar Gustave dan Zero.
Sementara itu, setelah Gustave dan Zero kembali ke The Grand Budapest Hotel, Gustave lalu ditahan oleh para polisi atas tuduhan pembunuhan Madame D.. Gustave dijebloskan ke dalam sebuah penjara.
Namun, ketulusan hati Gustave dengan cepat membuatnya memiliki sejumlah teman setia dari para narapidana yang tinggal di sana. Gustave dan teman-temannya lalu menyusun sebuah rencana untuk melarikan diri dari penjara itu.
Gustave meminta bantuan Zero dan kekasih Zero, Agatha, yang merupakan pegawai di sebuah toko kue. Agatha menyusupkan perkakas untuk menggali dalam kue-kue cantik yang ia kirimkan pada Gustave di penjara.
Dengan menggunakan peralatan ini, Gustave dan teman-temannya berhasil membuat sebuah liang yang berhasil mengeluarkan mereka dari sel. Setelah melewati berbagai momen menegangkan, mereka bisa keluar dari penjara dan bebas.
Gustave dijemput oleh Zero yang telah menunggunya dengan setia. Mereka lalu berusaha membuktikan bahwa Gustave tidak bersalah dalam kasus kematian Madame D. dengan meminta bantuan dari organisasi para concierge hotel, The Society of the Crossed Keys.
baca: Review Film Mr Beans Holiday (2007), Aksi Kocak Berlibur ke Cannes Prancis
Gustave dan Zero diarahkan dari satu concierge ke concierge lain untuk mendapatkan perlindungan. Dalam perjalanan mereka itu, keduanya terus menerus diikuti oleh Jopling yang mencoba membunuh Gustave. Pada akhirnya, mereka mengetahui bahwa Madame D. memiliki surat wasiat kedua yang menjadi sah jika kematian Madame D. disebabkan karena pembunuhan.
Gustave, Zero, dan Agatha lalu kembali ke The Grand Budapest Hotel untuk mengambil lukisan Madame D. yang sebelumnya mereka sembunyikan di sana. Namun, hotel itu kini telah dialih fungsikan menjadi markas militer untuk perang.
Agatha berpura-pura mengantar kue dan masuk ke ruangan pegawai untuk mengambil lukisan itu. Sayangnya, dalam perjalanan keluar, ia berpapasan dengan Dmitri.
Dmitri kemudian menyadari bahwa Agatha membawa lukisan itu dan berusaha merebutnya dari Agatha. Saat mengetahui Agatha dalam bahaya, Gustave dan Zero pun turun tangan dan berusaha menolong Agatha.
Terjadi baku tembak yang hebat di dalam hotel itu antara Dmitri dan para tentara Zubrowka. Sementara itu, saat berusaha melarikan diri dari Dmitri, Agatha dan Zero terjatuh ke pinggiran balkon. Untungnya, mereka lalu selamat karena mendarat di atas kotak-kotak kardus dalam mobil pengantar roti.
Ternyata, beberapa saat kemudian, surat wasiat kedua Madame D. ditemukan di balik lukisan Boy with Apple yang diperebutkan. Surat wasiat kedua ini menyebutkan bahwa jika Madame D. terbunuh, maka semua hartanya diwariskan pada Gustave.
Hal ini sekaligus membebaskan Gustave dari tuduhan pembunuhan yang dijatuhkan padanya. Gustave bahkan menggantikan Madame D. yang rupanya pemilik asli The Grand Budapest Hotel.
Gustave menjadi salah satu orang paling kaya di Republik Zubrowka. Sementara, Zero dan Agatha akhirnya menikah dengan diiringi restu Gustave.
Suatu hari, ketika mereka bertiga berpergian dengan menggunakan kereta, sekelompok prajurit masuk ke kompartemen mereka untu melakukan pemeriksaan latar belakang. Saat mengetahui bahwa Zero adalah seorang imigran, petugas itu berusaha menangkap Zero.
Tetapi, Gustave lalu mencoba menghalangi penangkapan Zero dan akhirnya menerima tembakan dari petugas itu hingga meninggal. Setelah kematian Gustave, Zero menjadi pewaris sah dari semua harta kekayaan milik Gustave. Tak lama kemudian, Agatha serta bayi laki-laki Agatha dan Zero juga meninggal dunia karena sakit.
baca: Profil, Biodata BTS Lengkap Dengan Agama & Fakta Personil
Meskipun Zero memiliki semua kekayaan dalam jumlah besar itu, ia kehilangan orang-orang yang dicintainya. Ia mempertahankan The Grand Budapest Hotel demi mengenang Agatha dan putra mereka.
Dengan berakhirnya kisah itu, makan malam Zero dengan sang “Penulis” pun berakhir. Sang “penulis” itu merasa sangat terkesan dengan kisah yang dituturkan oleh Zero. Ia pun menuliskannya dalam bentuk novel yang di kemudian hari menjadi novel terkenal.
Di bagian penutup, anak perempuan yang membawa novel The Grand Budapest Hotel karangan sang “Penulis” itu nampak membaca novel tersebut di dekat tugu penghormatan bagi sang “Penulis”.
Nah, itulah tadi ulasan dan sinopsis film The Grand Budapest Hotel.
Kesimpulan Review Film The Grand Budapest Hotel
Film The Grand Budapest Hotel ini menampilkan gaya penceritaan khas dan unik sebagaimana film-film Wes Anderson yang lain. Berbagai intrik kejahatan dalam film ini ditampilkan dengan menggunakan jenis komedi gelap yang sangat cerdik.
baca: 10 Drama Korea Kerajaan Paling Rekomendasi Untuk Kaun Rebahan !
Ketegangan dalam film ini juga terasa melalui nuansa thriller yang dibawanya. Namun, hal yang paling memikat dari The Grand Budapest Hotel adalah tampilan visualnya yang sangat memanjakan mata, terutama setiap kali kamera menyorot pemandangan hotel yang menjadi latar cerita dari film ini.
Sumber foto: Fox Searchlight Pictures