Wekepo.com – The Breakfast Club merupakan salah satu film remaja produksi Amerika Serikat yang paling ikonik di tahun 80-an. Mengusung genre drama komedi, film ini membahas tentang lima orang murid dengan latar belakang berbeda yang secara tak terduga disatukan oleh sebuah sesi hukuman yang mereka jalani bersama di sekolah.
Film berdurasi 97 menit ini dirilis secara luas oleh Universal Pictures pada 1985. Sementara itu, John Hughes menjadi sutradara sekaligus penulis naskah The Breakfast Club.
Para pemeran film ini di antaranya termasuk Judd Nelson yang berperan sebagai John Bender, Molly Ringwald sebagai Claire Standish, Emilio Estevez sebagai Andrew Clark, Anthony Michael Hall sebagai Brian Johnson, Ally Sheedy sebagai Allison Reynolds, Paul Gleason sebagai Asisten Kepala Sekolah Richard Vernon, John Kapelos sebagai Carl Reed, serta Ron Dean sebagai Mr. Clark.
Detail Film
Sutradara | John Hughes |
Penulis Naskah | John Hughes |
Tanggal Rilis |
|
Durasi Tayang | 97 menit |
Asal Negara | United States |
Bahasa | English |
Didistribusikan oleh | Universal Pictures |
Genre / Tema | Youth, Komedi Drama |
Berikut ini adalah sinopsis film The Breakfast Club.
Sinopsis Film The Breakfast Club
Film The Breakfast Club berfokus menceritakan kisah yang terjadi pada sebuah hari Sabtu, tanggal 24 Maret 1984, di Sekolah Menengah Atas Shermer, Amerika Serikat. Pada pagi hari pukul 7, nampak lima murid datang ke sekolah itu yang nampak sangat lengang di akhir pekan.
baca: Review Sinopsis Film The Hobbit The Battle of the Five Armies (2014) – Hobbit 3
Kelima murid itu akan menjalani sesi hukuman bersama atas pelanggaran yang telah masing-masing dari mereka lakukan sebelumnya. Uniknya, masing-masing dari murid ini berasal dari kelompok pergaulan yang saling bertolak belakang di sekolah.
Mereka terdiri dari Claire Standish yang berasal dari kelompok anak-anak populer yang sombong, Brian Johnson si kutu buku yang rajin dan jenius, Andrew Clark yang berasal dari kelompok atlet sekolah penggemar berolahraga, John Bender yang merupakan anak punk pemberontak dan kerap melanggar aturan, serta Allison Reynolds si anak aneh dan penyendiri.
Dari luar, penampilan mereka pun dengan jelas menggambarkan hal ini. Claire menggunakan atasan yang feminim dan rok pendek. John yang berambut gondrong menggunakan kemeja, sepatu bot hitam, serta sarung tangan.
Di sisi lain, Andrew menggunakan jaket dan sepatu olahraga. Allison mengenakan sweater dan rok panjang rajut berwarna serba gelap yang sedikit lebih besar dari ukuran tubuhnya. Sementara itu, Brian mengenakan atasan dan celana panjang yang memberikan kesan rapi dan sopan.
Kelima murid itu lalu berkumpul di perpustakaan sekolah, tempat di mana mereka akan mengerjakan tugas yang menjadi hukuman mereka. Di sana, mereka lalu bertemu dengan Asisten Kepala Sekolah Richard Vernon.
Vernon mengumumkan pada lima murid itu sejumlah aturan yang harus ditaati selama mereka melaksanakan hukuman. Mereka tidak boleh berisik, berpindah ke bangku lain, ataupun tidur sampai sesi hukuman selesai dilaksanakan pada pukul 4 sore.
baca: Review Sinopsis Film Pitch Perfect 3 (2017), Beca dan Grup The Bellas Selepas Kuliah
Vernon juga menugaskan kelimanya untuk membuat sebuah esai sepanjang seribu kata, di mana mereka harus menuliskan pendapat mereka tentang diri mereka sendiri sebagai bentuk evaluasi. Setelah memberikan tugas itu, ia pergi meninggalkan kelima murid itu dan mengatakan bahwa ia sesekali akan datang lagi untuk memeriksa keadaan.
Tetapi, John yang memiliki sentimen tersendiri pada Vernon berusaha untuk mulai membuat sesi hukuman itu menjadi tidak kondusif. Ia melanggar semua aturan yang telah diberikan oleh Vernon. John juga mengganggu para murid yang lain.
Sebagai murid yang kerap kali melanggar aturan, John sama sekali tidak memedulikan akibat dari perbuatannya itu. Selama sesi hukuman berjalan, John menghabiskan waktunya dengan mencoba merundung Brian yang culun.
John juga sengaja memancing kemarahan dari Andrew yang cenderung temperamental, menggoda Claire yang ketus, serta mengabaikan Allison yang dengan perilaku anehnya berusaha menarik perhatian kelima murid lain.
Perilaku John ini lama-lama berhasil menciptakan keributan tepat seperti yang diinginkannya. Mendengar kegaduhan yang berasal dari perpustakaan, Vernon pun akhirnya datang untuk memeriksa.
Ketika melihat bahwa kegaduhan yang terjadi merupakan ulah dari John, Vernon pun menjadi marah. Ia lalu memberi John sesi hukuman tambahan sama seperti hari itu di setiap hari Sabtu selama delapan minggu berikutnya.
Tak hanya itu, Vernon juga membawa John keluar dari perpustakaan agar tidak lagi mengganggu para murid yang lain dan memindahkan John ke ruangan lain. Ia menyuruh John untuk melaksanakan sisa hukumannya di gudang sekolah dan mengunci John di ruangan yang sangat kecil itu.
Setelah melihat John dibawa keluar, keempat murid yang lain pun mulai merasa kasihan dan bersimpati padanya. Mereka memang merasa kesal karena John terus menerus mengganggu mereka. Tetapi, mereka juga menyadari bahwa Vernon telah menggunakan kekuasaannya sebagai orang dewasa secara berlebihan dan semena-mena hanya karena didasari oleh kebencian personalnya pada John.
Meskipun begitu, di gudang sekolah, John sebenarnya berhasil menemukan jalan keluar melalui saluran ventilasi yang terdapat di atap ruangan. Ia pun menggunakan saluran itu untuk keluar secara diam-diam dari gudang dan kembali ke ruang perpustakan tempat keempat murid yang lain berada.
Pada akhirnya, karena dilanda kebosanan, kelima murid yang kepribadiannya saling bertolak belakang itu pun mau tak mau saling berbicara dengan satu sama lain. Beberapa kali, mereka kerap saling berselisih pendapat. Namun, yang tidak mereka duga adalah betapa sebenarnya mereka bisa menemukan kecocokan pada satu sama lain.
Secara bertahap, sesi hukuman yang berjalan lama dan menjenuhkan itu akhirnya menyatukan kelima murid itu. Mereka saling mengobrol, menari bersama, membuat gerakan-gerakan konyol, dan bersenda gurau.
Bahkan, John dan Andrew yang awalnya selalu hampir saling berkelahi kini bisa duduk berdampingan. Kelima murid itu juga diam-diam berkomplot untuk saling melanggar aturan bersama.
Di satu titik, mereka akhirnya duduk membentuk sebuah lingkaran dan saling mengungkapkan tentang latar belakang kisah mereka pada satu sama lain. Claire mengaku bahwa ia selama ini kerap mengalami tekanan dari lingkungan sosial anak-anak populer yang seakan menuntut Claire untuk selalu bersikap elegan dan menjaga tinggi gengsinya.
John mengatakan bahwa ia berasal dari keluarga berantakan yang kerap kali menggunakan kekerasan. Allison mengungkapkan bahwa ia memiliki kelainan psikologis, di mana ia kerap mendapatkan dorongan untuk berbohong tanpa ia sadari.
Andrew merasa bawa selama ini semua orang di sekitarnya selalu mengaturnya dan ia tak pernah bisa membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Brian bercerita bahwa suatu kali ia pernah tergerak untuk membunuh dirinya sendiri karena mendapatkan nilai yang jelek di sekolah.
baca: Sinopsis Film The Nun (2018), Pemain, Trailer Misteri Awal Kehidupan Valak
Kelima murid itu menyadari bahwa mereka juga sama-sama memiliki sosok orang tua yang buruk. Orang tua Claire selalu menyeret dan menyangkut pautkan dirinya tiap kali mereka bertengkar. Orang tua John sering melakukan kekerasan fisik dan verbal pada satu sama lain dan juga pada John, putra mereka sendiri.
Orang tua Allison, di sisi lain, hampir tidak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang mereka pada Allison. Orang tua Andrew selalu menuntut Andrew untuk memenuhi standar dan harapan tinggi yang mereka tetapkan untuk Andrew dalam bidang olahraga. Sementara itu, orang tua Brian juga selalu menuntut anak mereka untuk bisa unggul di bidang akademik dan mendapatkan nilai yang bagus di kelas.
Setelah kelima murid itu saling membuka diri pada satu sama lain, mereka akhirnya menyadari bahwa ada banyak kesamaan yang sebenarnya menghubungkan mereka. Meskipun dari luar mereka nampak saling berbeda dengan satu sama lain, kelimanya sama-sama memiliki latar belakang menyedihkan yang membentuk diri mereka hingga menjadi seperti saat itu.
Kelima murid itu akhirnya berusaha menghabiskan sisa waktu yang ada dengan bersenang-senang. Claire merias wajah Allison yang sebelumnya sangat polos menjadi terlihat lebih cantik. Penampilan baru Allison ini membuat Andrew terpikat padanya.
Di sisi lain, Claire sendiri mulai tertarik dengan John. Ia berusaha membuktikan bahwa ia tidak sepolos yang dikatakan oleh John dengan cara menciumnya. Kedua pasangan itu pun menjadi dekat.
Para murid itu menyadari bahwa ketika hari Senin tiba, mereka mungkin akan kembali seperti normal. Mereka akan berpura-pura tidak mengenal satu sama lain di koridor sekolah karena aturan pergaulan yang ada menuntut mereka untuk bersikap demikian. Meski begitu, mereka merasa bahagia karena setidaknya bisa mengenal satu sama lain walaupun hanya untuk satu hari.
Saat sesi hukuman hampir berakhir, para murid itu mempercayakan Brian untuk menulis esai yang bisa mewakili perasaan mereka semua. Sementara itu, John diam-diam kembali ke gudang sekolah agar Vernon tidak menyadari bahwa ia sebenarnya telah berhasil kabur.
Ketika mereka akan pulang, Brian pun meninggalkan tugas esai itu di ruang perpustakaan agar bisa dibaca oleh Vernon. Sebelum mereka berpisah, Allison nampak mencium Andrew, sementara Claire juga berciuman dengan John. Claire memberi John salah satu anting-anting berliannya, yang oleh John lalu segera dikenakan di telinganya sendiri.
Setelah mereka pulang, Vernon pun membaca tugas esai yang ditulis oleh Brian itu. Isi esai itu ternyata sama sekali tidak seperti apa yang awalnya dibayangkan oleh Vernon.
Dalam esai itu, Brian mengatakan bahwa tak peduli apapun yang akan mereka tulis, ia yakin bahwa Vernon akan selalu memandang mereka dengan stereotip yang telah melekat dalam pikirannya. Ia tak ingin repot-repot menjelaskan tentang siapa diri mereka sebenarnya.
Oleh karena itu, Brian hanya menyebutkan stigma yang menurutnya digunakan oleh Vernon untuk menilai mereka, yaitu “seorang kutu buku, seorang atlet, seorang yang aneh, seorang putri, dan seorang kriminal”. Ia berharap bahwa kelima label yang terlalu sederhana itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Vernon.
Di akhir tulisan itu, Brian memberikan sebuah salam penutup yang menyatakan bahwa esai itu dibuat oleh “The Breakfast Club”.
Sekian ulasan dan sinopsis film The Breakfast Club.
Kesimpulan Film The Breakfast Club
baca: Profil Biodata BTS Lengkap Dengan Agama & Fakta Personil
Film The Breakfast Club adalah salah satu film remaja tahun 80-an yang berhasil menyoroti tentang sistem pendidikan di sekolah dan dalam kehidupan sosial. Film ini berusaha menunjukkan bahwa setiap orang dan kisah hidupnya pasti jauh lebih rumit daripada stigma yang diberikan padanya oleh lingkungan sosial. Selain inspiratif, film ini memiliki pesan yang baik untuk tidak selalu menilai orang lain dari penampilan luar mereka dan mencoba memahami perbedaan yang dimiliki oleh setiap orang.
Sumber foto: Universal Pictures