in

Review Sinopsis Film Welcome to Marwen, Kisah Mengharukan Penderita Trauma Psikis

Welcome to Marwen adalah film drama yang menggunakan kombinasi adegan animasi dan live action secara bergantian. Adegan animasi dalam film ini menampilkan cerita dari beragam karkater yang terlihat menyerupai boneka. Sementara itu, adegan live action film ini menampilkan kejadian yang berlangsung di dunia nyata dan diperankan oleh para aktor asli.

Welcome to Marwen disutradarai oleh Robert Zemeckis. Bersama Caroline Thompson, ia juga menulis naskah film ini. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang pria bernama Mark Hogancamp, penyintas kasus penganiayaan yang menggunakan imajinasinya untuk membangun kota fiksi sebagai bagian dari caranya mengatasi trauma.

Film berdurasi 116 menit ini dibintangi oleh Steve Carell, Leslie Mann, Diane Kruger, Merritt Wever, Janelle Monáe, Eiza González, Gwendoline Christie, Leslie Zemeckis, serta Neil Jackson.

Berikut adalah sinopsis dari film Welcome to Marwen.

Sinopsis Film Welcome to Marwen

Film ini dibuka dengan klip animasi berlatar masa Perang Dunia II. Animasi ini memperkenalkan Cap’n Hogie, seorang pria yang merupakan pilot pesawat tempur dan sosok pahlawan utama dalam kisah animasi di film Welcome to Marwen.

Di tengah serunya pertempuran di udara, pesawat Cap’n Hogie lalu ditembak oleh tentara Nazi yang menjadi musuh Cap’n Hogie dalam kisah ini. Cap’n Hogie terpaksa mendaratkan pesawatnya ke tanah. Meski terluka, ia berhasil selamat.

Kejadian itu membuat sepatu Cap’n Hogie terbakar. Ia pun harus menanggalkan sepatunya dan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki. Cap’n Hogie berusaha mencari bantuan di sekitar daerah tempatnya jatuh itu.

Di tengah perjalanan, ia lalu tanpa sengaja menemukan sebuah kotak berisi sepasang sepatu wanita. Cap’n Hogie yang tak mengenakan sepatu akhirnya memutuskan untuk menggunakan sepatu itu untuk berjalan.

Ia melanjutkan perjalanannya. Namun, ia tiba-tiba disergap oleh lima orang tentara Nazi. Dari seragam Cap’n Hogie, mereka mengetahui bahwa Cap’n Hogie ada di pihak musuh. Para tentara Nazi itu kemudian juga menyadari bahwa Cap’n Hogie terlihat mengenakan sepasang sepatu wanita sebagai alas kaki.

Hal ini membuat para tentara Nazi itu lalu mengejek dan menghina Cap’n Hogie. Mereka lalu menghajar Cap’n Hogie dan berusaha mencelakainya. Tetapi, sebelum mereka sempat berbuat lebih jauh, tiba-tiba dari balik rumput alang-alang di sekitar mereka, muncul pasukan wanita bersenjata.

Lima orang prajurit wanita bersenjata itu melepaskan rentetan tembakan hingga berhasil menumbangkan para tentara Nazi. Mereka kemudian menolong Cap’n Hogie yang terluka parah karena serangan dari para tentara Nazi sebelumnya.

Film lalu beralih pada adegan live action yang menunjukkan bahwa ternyata animasi yang baru ditampilkan tersebut hanyalah imajinasi dari seorang pria bernama Mark Hogancamp. Ia pria yang tinggal sendiri di rumahnya yang nampak terletak di sebuah daerah pinggiran kota yang nyaman.

Di halaman rumahnya, Mark membangun miniatur sebuah kota yang terdiri dari berbagai bangunan mini. Detail dari kota miniatur itu sangat indah dan nampak seperti aslinya.

Kota itu diberi nama oleh Mark sebagai “Marwen”. Penduduk kota itu adalah Cap’n Hogie serta kawan-kawannya yaitu lima prajurit wanita di awal film yang terdiri dari Roberta, Julie, Carlala, Anna, dan Suzie. Mereka sering kali harus mempertahankan kota itu dari serangan para tentara Nazi yang kadang datang tanpa diduga.

Seluruh peristiwa yang berlangsung di Marwen dijalankan oleh Mark, sebagaimana cara memainkan rumah boneka pada umumnya. Tetapi, tak hanya memainkannya, Mark juga mengambil foto dari setiap momen penting yang terjadi dengan kamera film yang ia miliki. Mark kemudian mencetak foto-foto ini dan mengoleksinya.

Semua yang dilakukan Mark ini adalah aktivitas yang bisa memberi efek terapi dan membuat Mark bahagia. Sebab, Mark sendiri baru saja mengalami kasus penganiayaan brutal yang dilakukan oleh sekelompok pria tak dikenal terhadapnya.

Penganiayaan itu begitu parah hingga Mark menderita luka di sekujur tubuhnya yang membuatnya sempat lumpuh hingga dirawat di tempat rehabilitasi. Tak hanya secara fisik, peristiwa itu juga menyebabkan Mark mengalami hilang ingatan serta PTSD, yaitu gangguan mental yang umum terjadi pasca kejadian traumatis berat.

Mark kehilangan ingatan tentang masa lalunya sebelum peristiwa itu terjadi. Ia tak dapat mengingat seperti apa dirinya dulu, bagaimana kehidupannya, maupun profesi yang dulu ia jalani.

Lebih parah lagi adalah gangguan PTSD yang dialami Mark. Terkadang, ia mengalami serangan panik saat mengalami kilas balik dari peristiwa itu hingga berteriak histeris tanpa ia sadari. Mark sesekali mendapat kunjungan dari Anna, perawat yang memberinya obat berwarna hijau untuk meredakan gejala gangguan ini. Tetapi, Mark sering kali melanggar aturan dari Anna dan meminum lebih dari dosis yang dianjurkan.

Sebenarnya, para karakter di Marwen mewakili orang-orang dari kehidupan nyata Mark. Mark sendiri adalah Cap’n Hogie. Lima prajurit Jerman yang sering menyerang Marwen menggambarkan lima orang pria fanatik yang pernah menganiaya Mark.

Sementara itu, lima prajurit wanita yang menjadi teman Mark itu adalah para wanita yang Mark tahu dalam hidupnya. Roberta adalah pegawai di toko mainan tempat Mark biasa membeli boneka atau objek baru untuk dekorasi miniatur kotanya. Julie adalah seorang pekerja sosial yang berteman dengan Mark di tempat ia pernah direhabilitasi. Carlala adalah rekan Mark di sebuah restoran tempat ia bekerja paruh waktu. Anna adalah perawat yang sering mengunjungi Mark untuk memeriksa kesehatannya. Suzette adalah aktris favorit Mark.

Ada pula satu boneka misterius yang selalu mengganggu Cap’n Hogie. Ia adalah Deja Thoris, boneka wanita penyihir Belgia berambut hijau yang melarang Cap’n Hogie untuk dekat dengan satu wanita secara khusus. Deja mengancam akan melakukan hal mengerikan pada Cap’n Hogie dan Marwen jika Cap’n Hogie melanggarnya.

Seiring film berjalan, kronologi kasus penganiayaan Mark pun terungkap dari kilas balik yang dialami oleh Mark maupun interaksinya dengan tokoh-tokoh lain. Suatu malam, Mark yang sedikit mabuk pulang dari sebuah bar.

Di luar bar, Mark lalu tanpa sengaja bertemu dengan lima orang pria penganut paham fanatisme kulit putih. Mark tanpa sadar menceritakan tentang ketertarikan khusus yang ia miliki pada sepatu wanita dan bagaimana ia gemar mengoleksi sepatu-sepatu itu di rumahnya. Para pria itu pun merasa jijik pada Mark dan menganiayanya hingga terjatuh ke tanah dan babak belur. Untungnya, sebelum terlambat, Mark berhasil diselamatkan oleh salah satu pegawai bar yang kebetulan melihat kejadian itu.

Kelima penganiaya Mark berhasil tertangkap. Tetapi, proses pengadilan masih terus berjalan untuk menentukan hukuman akhir bagi mereka. Dalam salah satu sidang, Mark diharuskan hadir untuk memberikan kesaksian.

Tetapi, di ruang sidang, saat Mark melihat para pria yang menyerangnya, Mark lalu menjadi panik dan ketakutan. Imajinasinya mengambil alih dan ia kembali membayangkan bahwa mereka adalah para prajurit Nazi yang akan mencelakainya. Mark kabur dari ruang sidang. Hakim lalu akhirnya memutuskan untuk menunda persidangan tersebut.

Kembali di rumah Mark, ia mulai bisa menjalani hari-hari seperti biasa lagi. Tapi, suatu hari, Mark melihat bahwa rumah di seberangnya kini telah ditempati oleh orang baru. Tetangga barunya itu adalah seorang wanita cantik berambut merah yang segera memikat hati Mark.

Suatu pagi, wanita itu berkunjung ke rumah Mark saat ia sedang memainkan Marwen. Tetangga baru Mark memperkenalkan dirinya sebagai Nicol.

Setelah pertemuan itu, Mark pergi ke toko Roberta untuk membeli boneka yang mirip dengan Nicol agar bisa ditambahkan sebagai karakter baru di Marwen. Sementara itu, Mark tidak menyadari bahwa Roberta sendiri sebenarnya menaruh hati pada Mark.

Setelah Mark berhasil mendapatkan boneka yang diinginkannya, ia membuat jalan cerita untuk memperkenalkan karakter Nicol di Marwen. Sejak itu, Nicol menjadi bagian dari para prajurit wanita yang menjadi teman Cap’n Hogie. Cap’n Hogie dan Nicol menjadi semakin dekat, hingga akhirnya menikah.

Sementara itu, hubungan Mark dan Nicol di dunia nyata juga menjadi kian akrab. Suatu hari, Mark akhirnya memberanikan diri untuk melamar Nicol. Tetapi, Nicol justru terlihat tidak enak. Ia mengatakan bahwa ia tak menaruh perasaan khusus pada Mark dan selama ini hanya memandangnya sebagai teman.

Mark merasa begitu terpukul atas penolakan ini. Sejak kejadian itu, kondisi psikis Mark terus mengalami penurunan.

Di sisi lain, serangan Nazi di Marwen juga menjadi kian gencar. Di salah satu puncak pertempuran, salah satu prajurit Nazi lalu berhasil menembak Nicol. Cap’n Hogie segera balas menembak prajurit itu. Tetapi, luka Nicol amat parah hingga membuatnya meninggal.

Deja Thoris muncul dan membangkitkan lagi semua tentara Nazi yang telah meninggal dalam pertempuran itu tanpa sepengetahuan Cap’n Hogie. Ia lalu mengajak Cap’n Hogie untuk terbang bersamanya dengan kendaraan yang bisa menembus waktu dan meninggalkan Marwen.

Saat akan naik ke mobil terbang Deja itulah, Cap’n Hogie baru menyadari bahwa Deja sebenarnya adalah seorang mata-mata yang bersekutu dengan Nazi.

Rupanya, di kehidupan nyata Mark, Deja Thoris adalah penggambaran dari pil hijau yang sering ditenggak Mark untuk meredakan gejala gangguan mentalnya. Namun, seiring waktu berjalan, ia telah mengalami ketergantungan yang parah dengan obat itu. Mark akhirnya memutuskan untuk berhenti mengonsumsinya dan membuang seluruh pil itu.

Sejak itu, kehidupan Mark pun berangsur membaik. Ia menghadiri sidang pengganti dan memberikan kesaksian tentang peristiwa penganiayaan yang menimpanya dengan lancar dan tanpa diganggu oleh halusinasinya lagi.

Sore harinya, ia lalu menghadiri acara pameran fotografi yang telah ia rencanakan sejak lama. Pameran itu memperlihatkan berbagai jepretan yang ia ambil dari berbagai momen yang terjadi di Marwen.

Di sana, ia bertemu dengan Roberta. Saat itu, Mark akhirnya menyadari tentang perasaan Roberta. Ia pun membuat sebuah janji kencan dengan wanita itu. Di bagian akhir film Welcome to Marwen, disebutkan secara singkat akhir kisah sosok Mark Hogancamp asli yang kini menjadi fotografer profesional sukses dan telah bangkit dari traumanya.

 

Itulah tadi sinopsis film Welcome to Marwen. Nah, agar bisa menyaksikan langsung berbagai momen emosional yang terjadi di sepanjang film ini, jangan lupa menontonnya secara langsung, ya.

 

Sumber foto: Universal Pictures

Written by Adelia

Menulis karena kesenangan adalah menulis kebebasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *