in

SUKASUKA WOWWOW

Review Sinopsis Film Brave, Keberanian Putri Merida Menentang Tradisi

Salah satu putri dari film Disney di era modern ini dengan kisah dan karakter yang menarik adalah Putri Merida. Merida merupakan tokoh utama dalam sebuah film animasi fantasi petualangan berjudul Brave yang diproduksi oleh Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios.

Film Brave disutradarai oleh Mark Andrews dan Brenda Chapman. Naskah film ini terwujud melalui kolaborasi keduanya dengan Steve Purcell dan Irene Mecchi. Tak hanya menjadi sutradara dan penulis naskah, Brenda Chapman juga menjadi sosok yang menciptakan ide cerita dari film Brave ini.

Para pemeran dalam film Brave meliputi Kelly Macdonald yang mengisi suara karakter Merida, Peigi Barker sebagai Merida saat masih kecil, Emma Thompson sebagai Ratu Elinor, Billy Connolly sebagai Raja Fergus, Julie Walters sebagai Sang Penyihir, Robbie Coltrane sebagai Lord Dingwall, Kevin McKidd sebagai Lord MacGuffin, Craig Ferguson sebagai Lord Macintosh, serta Callum O’Neill sebagai Wee Dingwall.

Ingin tahu kisah petualangan Putri Merida dalam film Brave? Yuk, langsung saja kita simak sinopsis lengkapnya berikut ini.

Sinopsis Film Brave

Film Brave berlatar di sebuah kerajaan di wilayah Skotlandia pada masa lampau, tepatnya di abad pertengahan. Di masa ini, wilayah di sekitar Skotlandia masih terbagi berdasarkan kelompok klan.

Salah satu klan yang kuat pada masa itu adalah Klan Dunbroch. Klan ini dipimpin oleh seorang kepala suku bernama Raja Fergus dan istrinya Ratu Elinor. Pasangan raja dan ratu ini memiliki empat orang anak. Si sulung yang menjadi karakter utama dalam film ini bernama Merida.

Sejak kecil, Merida memang adalah sosok putri yang tidak biasa. Merida gemar melakukan berbagai hal yang menantang, terutama panahan. Hobinya ini berawal dari saat Merida berusia 6 tahun.

Saat itu, Raja Fergus memberi Merida kado ulang tahun berupa busur dan satu set anak panah. Dengan hadiah itu, Merida lalu berlatih memanah dengan bantuan ayahnya, hingga akhirnya ia menjadi pemanah yang sangat ulung.

Di sisi lain, melihat hobi tak biasa putrinya ini, Ratu Elinor merasa tidak senang dan kurang setuju. Ia berusaha mengarahkan Merida untuk lebih menyukai hal-hal yang lebih pantas untuk dilakukan oleh seorang putri, seperti menyulam dan berbagai hal lainnya.

Suatu hari, Merida tengah berlatih panahan saat ia kehilangan salah satu anak panahnya. Ketika sedang mencari, gadis itu melihat makhluk kecil yang bercahaya dengan warna biru atau yang dalam mitos rakyat disebut sebagai will-o’-the-wisp yang merupakan pertanda takdir. Makhluk itu hilang dan muncul, dan seakan mengarahkan Merida untuk masuk ke dalam hutan.

Tetapi, dari dalam hutan, tiba-tiba muncul seekor beruang yang amat besar. Beruang ini merupakan beruang buas dengan ukuran tak biasa yang dipercaya adalah makhluk hasil kutukan. Penduduk setempat menyebutnya dengan nama Mor’du. Selama ini, tidak ada seorang pun yang pernah berhasil membunuh beruang itu.

Mor’du menyerang Merida dan keluarganya. Merida berhasil melarikan diri bersama Ratu Elinor. Raja Fergus maju untuk melindungi keluarganya dengan bantuan para pengawalnya. Ia berhasil mengusir Mor’du. Tetapi, pertarungan ini merenggut salah satu kaki Raja Fergus hingga putus. Sejak itu, Raja Fergus bersumpah bahwa beruang kutukan akan menjadi musuh bebuyutannya.

Tahun demi tahun pun berlalu. Tak seperti putri kebanyakan, Merida tumbuh dewasa sebagai putri yang berani dan tangguh.

Sementara itu, Raja Fergus dan Ratu Elinor kembali memiliki beberapa anak, kembar tiga yang masing-masing bernama Harris, Hubert, dan Hamish. Adik-adik Merida ini usil dan gemar membuat kekacauan.

Suatu hari, kehidupan Merida terguncang ketika orang tuanya mengumumkan bahwa Merida akan dijodohkan dengan salah satu pewaris tahta dari tiga klan besar yang bersekutu dengan Klan Dunbroch. Perjodohan ini adalah cara untuk mempererat ikatan kerjasama antar klan.

Ketiga klan itu akan datang ke pulau tempat Klan Dunbroch bermukim. Kemudian, para putra sulung dari setiap klan akan bertanding dalam adu kemampuan. Pemenangnya kemudian akan menikah dengan Merida.

Merida tidak setuju dan ingin memberontak. Tetapi, Ratu Elinor mengatakan bahwa Merida harus mematuhi tradisi ini. Ratu Elinor berusaha menyiapkan Merida sebelum hari kedatangan ketiga klan tersebut ke pulau mereka.

Ratu Elinor semakin gencar mengajarkan Merida berbagai tugas dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang putri kerajaan. Tak hanya itu, ia juga mengubah penampilan Merida dengan tampilan yang lebih anggun.

Semua hal yang dilakukan oleh Ratu Elinor ini membuat Merida semakin membenci ibunya itu. Merida merasa bahwa ibunya seakan tak peduli tentang apa yang benar-benar Merida inginkan.

Hari kedatangan ketiga sekutu Raja Fergus itu pun akhirnya tiba. Mereka datang menggunakan kapal layar ke pulau Klan Dunbroch.

Saat unjuk kemampuan akan dimulai, Merida tiba-tiba berseru bahwa ia ingin menjadi orang yang menentukan jenis pertandingan apa yang akan dilakukan oleh para putra mahkota. Akhirnya, Merida meminta agar diadakan sebuah pertandingan panahan.

Di hari kompetisi itu, ketiga klan dan para putra mahkota berkumpul di sebuah tanah lapang dengan papan panahan, busur, serta anak panah yang telah disiapkan. Masing-masing putra mahkota pun menjalankan giliran mereka untuk melesatkan anak panah itu agar tepat mengenai sasaran di papan.

Tetapi, di akhir pertandingan itu, Merida menginterupsi dengan ikut bergabung dalam kompetisi. Merida dengan busur dan anak panahnya pun tanpa kesulitan berhasil mengungguli pencapaian dari semua putra mahkota dari ketiga klan yang ada. Tembakannya yang jitu berhasil mengenai pusat sasaran di papan.

Tindakan Merida ini memancing kemarahan dari Ratu Elinor. Mereka lalu berseteru di kamar kerajaan. Di puncak perdebatan ini, Merida lalu merobek tapestri hasil sulaman Ratu Elinor yang bergambar keluarga mereka. Tapestri itu robek di bagian tangan Merida menggenggam tangan ibunya.

Setelah itu, Merida yang masih marah lalu kabur dari istana dengan menunggangi kuda kesayangannya menuju hutan. Di dalam hutan, ia kembali menemukan will-o’-the-wisp yang menuntun Merida ke sebuah gubuk misterius.

Merida masuk ke sana. Ternyata, di dalam gubuk itu tinggal seorang penyihir. Merida membuat kesepakatan dengan penyihir itu untuk membantunya mengubah nasibnya. Penyihir itu lalu memberi Merida sebuah kue ajaib.

Merida kembali ke istana dan memberi kue ajaib itu ke Ratu Elinor. Tetapi, saat Ratu Elinor memakan kue itu, ia tiba-tiba berubah menjadi seekor beruang besar. Wujud Ratu Elinor berubah, namun ia tetap bisa berinteraksi seperti layaknya manusia.

Merida yang panik lalu membawa Ratu Elinor berwujud beruang itu ke gubuk penyihir yang ia temukan dalam hutan. Tetapi, sesampainya di sana, gubuk itu kosong.

Merida justru mendapatkan sebuah pesan yang sempat ditinggalkan oleh sang penyihir. Penyihir itu mengatakan bahwa kutukan itu hanya bisa terangkat jika Merida memperbaiki ikatan yang telah dirobek. Tetapi, jika Merida gagal melakukannya sebelum fajar kedua sejak hari itu, maka kutukan itu akan berlaku untuk seterusnya.

Malam itu, Merida dan Ratu Elinor singgah di hutan. Momen ini tanpa terduga menjadi kesempatan bagi ibu dan anak itu untuk bercengkerama. Tetapi, Merida menyadari bahwa sikap Elinor perlahan berubah seperti sikap beruang asli.

Mereka lalu kembali menemukan will-o’-the-wisp yang menuntun keduanya ke sebuah reruntuhan bangunan di tengah hutan. Merida masuk ke dalam liang reruntuhan itu. Ternyata, di dalamnya adalah tempat tinggal Mor’du.

Mor’du menyerang Merida. Tetapi, ia dan ibunya akhirnya berhasil melarikan diri. Pertemuan dengan Mor’du itu membuat Merida menyadari bahwa Mor’du adalah seorang pangeran yang pernah dikutuk.

Merida menduga bahwa cara yang dimaksud oleh penyihir itu dalam pesan terakhirnya untuk menyambung kembali ikatan yang telah dirobek adalah tapestri dalam kamar kerajaan yang sempat ia rusak. Gadis itu akhirnya kembali ke istana bersama Ratu Elinor yang masih berwujud beruang.

Sementara itu, di dalam istana, tengah terjadi kerusuhan karena ketiga klan saling bertengkar untuk memperebutkan hak agar putra mahkota mereka bisa menikahi Merida. Merida berusaha menengahi kerusuhan itu dengan memilih salah satu putra mahkota sebagai calon suaminya.

Namun, Ratu Elinor justru mengisyaratkan Merida untuk mengubah tradisi. Berdasarkan nasihat ibunya ini, Merida lalu menyarankan agar tradisi perjodohan itu dihentikan dan semua putra pertama bisa memilih jodoh mereka masing-masing. Solusi dari Merida ini diterima oleh ketiga klan dan semuanya pun berdamai.

Merida dan Ratu Elinor menyelinap ke kamar kerajaan untuk memperbaiki tapestri itu. Tetapi, keberadaan mereka diketahui oleh Raja Fergus yang mengira bahwa Ratu Elinor adalah Mor’du.

Raja Fergus serta ketiga klan sekutunya itu lalu mengejar Ratu Elinor yang melarikan diri ke dalam hutan. Ia juga mengunci Merida di istana.

Untungnya, Merida berhasil kabur berkat bantuan ketiga adiknya yang kini juga berubah menjadi beruang setelah memakan kue ajaib itu. Merida menyusul pasukan ayahnya ke hutan sembari memperbaiki tapestri itu.

Di dalam hutan, Raja Fergus berhasil memojokkan Ratu Elinor. Tetapi, Mor’gu kemudian muncul dan mencoba menyerang Merida. Ratu Elinor bertarung dengan Mor’gu dan akhirnya terluka parah.

Sebuah batu ajaib yang jatuh ke Mor’gu membuat kutukan pangeran itu terlepas dan Mor’gu pun lenyap. Tetapi, Ratu Elinor masih berwujud beruang dan kini terbaring tak berdaya sementara fajar kedua telah tiba.

Merida berusaha menyelimutkan tapestri itu ke tubuh ibunya dan tak berhasil. Akhirnya, saat Merida benar-benar menyesal dari dalam hatinya, kutukan itu pun hilang dan ibunya serta ketiga adik Merida kembali ke wujud semula.

Di akhir film, Merida dan ibunya terlihat menyulam tapestri baru bersama dengan akrab. Mereka lalu mengantarkan kepergian ketiga sekutu Raja Fergus yang meninggalkan pulau Klan Dunbroch.

 

Begitu lah ulasan dan sinopsis film Brave. Brave menjadi film animasi produksi Disney di masa modern yang berhasil memperkenalkan tema tentang emansipasi wanita. Berbeda dengan para putri dalam cerita klasik animasi Disney seperti Cinderella atau Sleeping Beauty, Merida adalah gambaran dari sosok putri yang mandiri. Karakter Merida ini serupa dengan sosok Ratu Elsa dalam film Frozen, dan bisa menjadi inspirasi positif bagi penonton.

 

Sumber foto: Walt Disney Studios Motion Pictures

Written by Adelia

Menulis karena kesenangan adalah menulis kebebasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *