wekepo.com. Apa jadinya jika seorang pria kulit putih yang rasialis bekerja sebagai supir seorang pianis kulit hitam dari kalangan kelas atas?
Nah, premis cerita yang menarik ini bisa kalian temukan dalam film Green Book.
Green Book adalah film kontemporer bergenre drama-komedi produksi Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 2018. Film ini disutradarai oleh Peter Farrelly berdasarkan naskah yang ditulis oleh Farrelly bersama Nick Vallelonga dan Brian Hayes Currie.
Di film ini, kalian bisa melihat para aktor kenamaan Hollywood, Viggo Mortensen (Lord of the Rings, Eastern Promises) dan Mahershala Ali (True Detective, Moonlight) memerankan dua tokoh utama Green Book, Frank Vallelonga dan Don Shirley.
Terinspirasi dari kisah nyata, Green Book bercerita tentang hubungan persahabatan di antara dua tokoh utamanya yang memiliki latar belakang sosial berbeda. Berlatar Amerika Serikat pada masa segregasi ras di tahun 1962, film ini mengisahkan perjalanan tur musik Don Shirley, seorang pianis kulit hitam berbakat dan supirnya, Frank “Tony” Vallelonga, yang merupakan seorang pria kulit putih.
Di awal film, Frank digambarkan sebagai sosok yang sangat rasialis dan memandang rendah pada orang kulit hitam. Di sisi lain, Don juga enggak begitu menyukai tingkah laku Frank yang kurang sopan dan sering seenaknya sendiri. Meski awalnya sering berseteru, berbagai hal yang terjadi sepanjang perjalanan perlahan mulai mengubah pandangan Don dan Frank pada satu sama lain.
Penasaran dengan sinopsis lengkapnya? Yuk, langsung aja kita simak sinopsis film Green Book berikut ini!
baca: Sinopsis Film Searching (2018), Drama Thriller Jenius Kekinian
Sinopsis Film Green Book
Film Green Book dibuka dengan memperkenalkan karakter Tony Vallelonga, seorang penjaga keamanan yang bekerja pada tahun 1962 di sebuah kelab malam bernama Copacabana di New York. Ketika kelab malam tempatnya bekerja ditutup sementara waktu untuk renovasi, Frank “Tony Lip” Vallelonga harus mencari pekerjaan baru.
Di saat yang bersamaan, Don Shirley, seorang pianis kulit hitam eksentrik sedang mencari supir sekaligus pengawal untuk mengiringinya selama tur konser musik delapan minggu di beberapa wilayah Amerika Serikat. Meski awalnya ragu, Tony akhirnya bersedia menerima tawaran kerja dari Don. Perusahaan rekaman Don lalu memberi Tony sebuah buku panduan berpergian berjudul Green Book. Buku tersebut berisi saran mengenai tempat-tempat yang aman untuk disinggahi oleh warga Afrika-Amerika selama melakukan perjalanan di wilayah Deep South, Amerika Serikat.
Mereka memulai tur mereka dari wilayah Midwest dan terus bergerak ke arah selatan. Di awal perjalanan, Tony dan Don kerap kali berseteru. Don merasa risih dengan berbagai kebiasaan Tony, sementara Tony juga merasa kesal karena Don memintanya untuk bersikap lebih berwibawa.
Seiring perjalanan, Tony semakin terkesan dengan bakat bermusik Don. Di sisi lain, Tony juga merasa terkejut melihat berbagai perilaku buruk, baik secara diam-diam maupun langsung, yang ditunjukkan oleh orang-orang terhadap Don karena latar belakang rasnya.
Berbagai peristiwa yang terjadi sepanjang tur membuat Tony dan Don harus mengesampingkan perbedaan yang ada di antara mereka dan saling menolong satu sama lain. Suatu malam, Tony menyelematkan Don ketika sang pianis mendapat ancaman dari sekelompok pria kulit putih di sebuah bar. Untuk alasan keamanan, Tony lalu meminta Don untuk tidak berada terlalu jauh dari Tony sepanjang sisa perjalanan.
Sementara itu, Don juga membantu Tony untuk menuliskan surat-surat cinta yang ditujukan untuk istri Tony, Dolores. Don mengoreksi, mendiktekan, serta menyusung ulang kalimat-kalimat dalam surat cinta Tony hingga berhasil menyentuh hati Dolores.
Dalam sebuah kesempatan, Tony menyarankan Don untuk menghubungi kembali saudaranya yang telah lama tak ia ketahui kabarnya. Tetapi, Don ragu karena ia merasa karir profesional dan pencapaiannya secara alamiah telah menciptakan sebuah jarak di antara ia dan keluarganya.
Gambar di atas menampilkan salah satu hari dalam perjalanan Tony dan Don, adegan tersebut menunjukkan ketika mobil mereka mogok di sebuah jalan lengang yang terletak di tengah sebuah padang pertanian luas. Tony lalu keluar untuk memperbaiki mobil. Tak lama kemudian, Don menyusul keluar dari mobil dan menunggu Tony menyelesaikan pekerjaannya. Kamera lalu mengungkap bahwa di sekitar mereka juga sedang beraktivitas sekelompok petani buruh kulit hitam. Melihat seorang pria kulit putih melayani pria kulit hitam, para petani itu menjadi tertegun hingga sejenak menghentikan aktivitas mereka. Don yang sedang berdiri menghadap ke arah padang hanya bertukar pandang dalam diam dengan para petani itu.
Selanjutnya, ketika Tony dan Don telah memasuki wilayah “Deep South”, Don ditangkap oleh polisi karena terlibat dalam sebuah pertemuan gay dengan seorang pria kulit putih. Tony menyuap petugas polisi tersebut supaya melepaskan Don. Don merasa geram dengan Tony karena tindakan Tony tersebut seakan justru seperti “menghadiahi” para polisi tersebut atas perlakuan buruk dan tidak adil yang telah ia terima.
baca: Sinopsis Film Ready Or Not (2019), Kisah Tragis Penganti Baru
Setelah melanjutkan perjalanan, di sebuah kota dengan aturan rasialis yang ketat, mobil mereka dihentikan oleh polisi setempat. Tony merasa tersinggung atas perkataan yang diucapkan oleh salah satu polisi itu padanya, hingga ia akhirnya meninju sang polisi. Keduanya dibawa dan ditahan di kantor kepolisian kota tersebut. Don lalu menuntut haknya untuk menelepon pengacara. Namun, ternyata ia malah menggunakan kesempatan itu untuk menghubungi salah satu petinggi kenalannya, Attorney General Robert F. Kennedy, untuk membantu membebaskan mereka. Don mengungkapkan kekecewaan pada Tony yang sebelumnya tak mampu menjaga temperamen dengan lebih baik hingga membuat Don harus menggunakan bantuan dari kenalannya.
Pada malam konser terakhir Don yang digelar di Birmingham, Alabama, Don dilarang untuk memasuki ruangan makan yang hanya menerima pengunjung kulit putih. Padahal, Don pun nantinya juga akan menggelar penampilannya di ruangan tersebut dan orang-orang di ruangan itu merupakan audiens dari konser Don sendiri. Don dipersilakan untuk memesan makanan dari buku menu, namun ia harus menyantap hidangannya di ruang ganti yang sempit.
Awalnya, Tony menyarankan Don untuk mengalah agar mereka bisa segera menyelesaikan urusan mereka di sana. Namun, Don merasa bahwa ia berhak untuk bisa makan di ruangan tersebut bersama dengan pengunjung kulit putih lain. Manajer restoran kemudian meminta Tony untuk membujuk Don agar bersedia mengikuti aturan di restoran tersebut. Namun, ketika manajer restoran itu berniat menyuapnya dengan uang, Tony menjadi marah dan bersiap menyerang si manajer. Don berusaha menenangkan Tony dan mengatakan bahwa ia akan menuruti keputusan akhir Tony dalam permasalahan ini.
Tony melangkah keluar dari ruangan tersebut, diikuti oleh Don. Tony kemudian membawa Don ke sebuah tempat makan bernama “Orange Bird” di mana sebagian besar pengunjungnya merupakan orang kulit hitam. Di sana, Don naik ke panggung dan menampilkan sebuah permainan tunggal lagu Frederic Chopin’s Winter Wind untuk para pengunjung. Kemudian, dengan iringan kelompok musik blues di kelab tersebut, Don kemudian melakukan improvisasi pada permainan pianonya dan membuat semua orang di kelab tersebut ikut menari dengan gembira.
Tony dan Don lalu menuju kembali ke utara agar mereka bisa sampai di New York pada malam natal sesuai rencana awal. Pada saat sampai di jalanan yang tertutup salju tebal, mereka dihentikan lagi oleh seorang polisi. Tony dan Don mengira mereka akan mendapat masalah seperti sebelumnya. Namun, di luar dugaan, polisi tersebut justru memberitahu bahwa ban mobil mereka pecah. Polisi itu lalu bahkan ikut membantu Tony mengganti ban.
Setelah insiden itu, Tony lalu menyatakan bahwa ia terlalu lelah untuk menempuh sisa perjalanan di cuaca bersalju seperti itu tanpa tidur. Tony mengatakan pada Don bahwa sebaiknya mereka berhenti di penginapan terdekat meski itu artinya mereka tidak bisa sampai tepat waktu di rumah pada Malam Natal. Pada akhirnya, Don rela menggantikan Toni untuk mengemudikan mobil, sementara Tony tertidur dengan pulas di jok belakang.
Sesampainya di Bronx, Don membangunkan Tony dan memberitahunya bahwa mereka sudah tiba di rumah Tony. Tony mengajak Don untuk menyempatkan singgah dan bertemu dengan istri dan keluarga Tony. Namun, Don hanya mengucapkan “Selamat Natal” dan pergi dengan mobilnya.
Di rumah Tony, suasana Natal yang penuh kehangatan bertambah ceria dengan kepulangan Tony. Suasana meriah dan hangat terlihat di meja makan yang dipenuhi oleh seluruh anggota keluarga dan kerabat Tony.
Di sela-sela percakapan riang keluarga Tony, topik pembicaraan kemudian beralih ketika salah satu kerabat Tony memintanya untuk menceritakan kisah perjalanannya bersama Don selama beberapa minggu terakhir. Namun, sayangnya, salah satu kerabat Tony yang rasialis menggunakan sebuah kalimat bernada stereotip negatif yang mengina terhadap Don. Tony yang mendengar hal ini pun menunjukkan reaksi yang tidak senang. Menanggapi sebutan rasialis terhadap Don yang dilontarkan oleh saudaranya itu, Tony segera menegurnya. Ia melarang saudaranya itu untuk tidak lagi memanggil Don dengan sebutan merendahkan semacam itu. Seluruh anggota keluarga Tony yang ada di ruang makan kemudian menjadi terdiam mendengar hal ini. Dolores, istri Tony, berusaha mencairkan suasana dengan kembali mengalihkan topik pembicaraan menjadi hal lain.
Sementara itu, Don mengemudikan mobilnya pulang dan sampai kembali di apartemennya yang terletak di atas Carnegie Hall. Ia lalu menyadari fakta bahwa di momen Malam Natal itu, dia hanya duduk sendiri. Tak lama kemudian, tanpa diduga, Don datang di depan pintu rumah Tony sambil membawa sebotol sampanye. Tony mendekap Don, dan mengenalkan temannya itu pada para tamu yang lain. Dolores maju dan berganti mendekap Don, sembari membisikkan ucapan terima kasih karena telah membantu Tony menuliskan surat-surat cinta yang indah untuknya. Film ditutup dengan postscript yang menceritakan secara singkat kelanjutan kisah hidup dari para tokoh dalam film Green Book.
baca: Review Sinopsis Film A Walk in the Woods (2015), Petualangan Mencari Kedamaian dari Alam
Secara umum, Green Book punya daya pikat yang berhasil menyentuh rasa kemanusiaan dalam diri penonton. Film ini bakalan bikin kalian merenungkan lagi tentang arti toleransi dan persahabatan di tengah perbedaan.
Nah, bagaimana? Apakah kamu tertarik menambahkan Green Book ke daftar tontonanmu?
Sumber Gambar: Universal Pictures