Kemeriahan dan binar-binar perfilman Indonesia dalam memeriahkan pergantian tahun 2016 untuk memasuki tahun 2017 yang pastinya akan lebih banyak lagi film-film karya anak bangsa yang akan menghiasi layar-layar bioskop Indonesia. Di tahun 2016 ini, perfilman indonesia semakin bersinar dengan banyaknya film dalam negeri yang tandang di luar negeri ataupun aktor-aktor indonesia yang membintangi film manca negara. Di pengujung tahun 2016 kali ini ditutup dengan karya yang tidak coba-coba. Pada awal bulan desember 2016 dibuka pada tanggal 1 dengan “Cinta Laki-laki Biasa” film arahan Guntur Soerjanto (Starvision Plus), “Terjebak Nostalgia” yang terinspirasi dari lagu Raisa dan film arahan Rako Prijanto, “Senjakala di Manado” Film arahan Deni Pusung. Kemudian dilanjutkan pada tanggal 8 “Bulan Terbelah di Langit Amerika” Max Pictures merilis sekuel dari Bulan Terbelah di Langit Amerika 2, disusul dengan “Headshot” karya Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel alias Mo Brothers (Screenplay Infinite Films).
Berselang seminggu kemudian pada tanggal 15 “Surga yang Tak Dirindukan 2” Film drama arahan Hanung Bramantyo (MD Pictures), beriringan dengan “Pasukan Garuda- I Leave My Heart in Lebanon” film drama arahan Benni Setiawan. Berlanjut hingga tanggal 22 Desember di hari ibu ada “Hangout” Film arahan Raditya Dika yang bergenre thriller untuk pertama kalinya, disusul dengan “The Professionals” film laga produksi MNC Pictures. Dan ditutup dengan sangat hangat pada tanggal 28 Desember dengan “Cek Toko Sebelah” film arahan dari komika indonesia Ernest Prakasa.
Kali ini yang membuat penutupan catatan film akhir tahun indonesia menjadi meriah adalah adanya dua film sekaligus karya dua orang yang berbeda yang membesarkan namanya dengan stand up komedi nya atau biasa disebut komika indonesia yang menjajal dunia perfilman dengan genre yang sama-sama berunsur komedi, yakni Raditya Dika dan Ernest Prakasa. Akan kita bahas lebih mendalam dua film yang tayang di akhir tahun dan sedang disejajarkan saat ini di bioskop-bioskop indonesia.
22 Desember 2016, tepatnya Hari Ibu. Raditya Dika meluncurkan film terbarunya yang berjudul “Hangout”. Entah kenapa dia memilih tanggal 22 Desember, yang jelas dalam setiap filmnya Raditya selalu memberikan tontonan yang fresh dan selalu berbeda beda tentunya. Menghadirkan alur-alur cerita yang baru dengan latar belakang, dan pemain atau aktor dan aktris kawakan indonesia. Namun kali ini tema dari film hangout sedikit nyeleneh dan menantang sebenarnya karena Radit menggabungkan dua unsur sekaligus dalam film barunya ini, yaitu komedi dan thriller. Yang notabene sangat berbeda jauh dan tidak bersinggungan sama sekali, bayangkan saja tragedi misterius dan menakutkan berbaur dengan banyolan-banyolan yang menggelitik. Bagaimana bisa ? Raditya Dika mengemasnya dengan sangat rapi dan cantik sekali, dengan mendominankan unsur thriller dalam film ini dan yang membuat unsur komedinya keluar ialah dengan menampilkan karakter pemain sesuai dengan karakter asli dan kesehariannya, sehingga tercipta akting yang mendekati natural sehingga bisa membuat penonton menjadi masuk kedalam suasana adegan film. Sedikit review film Hangout ini…..
Hangout ini menceritakan tentang sembilan orang public figure yang diantara lain adalah Raditya Dika, Prilly Latuconsina, Titi Kamal, Dinda Kanya Dewi, Mathias Muchus, Gading Marten, Surya Saputra, Soleh Solihun dan Bayu Skak. Mereka semua ini diundang oleh orang misterius yang bernama Pak Sumarsono untuk “Hangout” ke sebuah villa yang terpencil yang letaknya di pulau yang amat jauh dan terpencil.
Panggilan Hangout dari pak sumarsono ini memiliki sebuah tujuan , yaitu untuk membicarakan sebuah proyek dengan iming-iming uang yang sangat besar nominalnya, karena mereka terpikat maka dari itu mereka melaksanakan misi itu untuk berangkat memenuhi undangan orang misterius ini. Sesampainya disana, mereka disambut dengan masalah-masalah yang silih berganti menimpa mereka satu persatu. Masalah mulai muncul saat malam pertama mereka tiba disana, mulai dari Mathias Muchus mati diracun dihadapan mereka secara aneh, kendala selanjutnya mereka tidak bisa kembali kerumah, karena perahu penjemput mereka datangnya lima hari kemudian sesuai perjanjian sebelumnya. Sehingga mau tidak mau mereka terjebak di pulau menakutkan itu.
Coba saja kita bayangkan karakter Prilly yang lama kita kenal sebagai pemain sinetron ganteng-ganteng serigala, yang masih membawakan kebiasaannya setiap kali malam tiba, lalu ada lagi Bayu Skak dengan logatnya yang unik dan bahasa jawanya yang kental menambah aroma kocak didalamnya. Dan begitulah cara Raditya Dika mengolah film barunya untuk memeriahkan pergantian tahun baru 2017.
28 Desember 2016, mepet sekali dengan malam tahun baru bukan berarti tidak ada yang memburu justru malah menjadi penutup tahun yang seru. Belum puas dengan film pertamanya “Ngenest” yang diangkat dari cerita novel buatannya, Ernest Prakasa membumingkan namanya dengan meluncurkan film kedua dengan tema yang sedikit sama dengan film pertamanya yakni drama komedi dengan judul “Cek Toko Sebelah”. Seperti film pertamanya yang menceritakan kisah dirinya yang beretnis china, lagi-lagi ia juga mengangkat unsur itu lagi. Walaupun sama namun tetap saja mengundang penasaran para penonton setianya. Ciri khas film Ernest ialah ia selalu menggandeng teman-teman komika nya yang dirasa lebih mampu mencairkan suasana dalam film-film nya, sehingga selalu ada banyolan-banyolan yang tidak pernah diduga duga munculnya. Walaupun Ernest masih bisa dibilang belia di dunia perfilman indonesia, namun caranya menyampaikan karyanya pada masyarakat ini yang patut kita acungi jempol. Selalu menampilkan suasana keluarga disetiap filmnya. Ini sedikit review film nya…..
Terkisah disana kehidupan keluarga Koh Afuk (Chew Kin Wah) yang merintis toko sembako dari nol bersama istrinya Liliana, yang telah memberikan nya dua orang anak laki-laki bernama Yohan (Dion Wiyoko) dan Erwin (Ernest Prakasa) mereka saling menyayangi satu sama lain. Keharmonisan rumah tangga Koh Afuk sepertinya berakhir setelah Liliana, istrinya meninggal dunia. Yang kala itu Yohan sudah menjadi mahasiswa, begitu pula dengan adiknya Erwin. Seketika setelah meninggalnya Liliana ibunya, Yohan menjadi seorang peminum berat mungkin karena dia belum bisa menerima kepergian sang ibu. Karena kebiasaannya itu, sampai-sampai ia di DO dari sekolahnya. Kepribadian Yohan semakin menjadi jadi, sering marah-marah tak jelas dan sering memberontak kepada ayahnya Koh Afuk. Dibalik ini ada seorang wanita yang membuat Yohan meluluhkan hatinya pada si wanita, dia Ayu (Adinia Wirasti) dan membuat Yohan sedikit merubah pandangan hidupnya yang gelap karena Ayu. Tidak pada Erwin dia tetap anak yang baik dan rajin, serta selalu patuh pada ayahnya meskipun ia juga merasakan kehilangan yang sama seperti Yohan.
Nah begitulah sekilas dari dua film karya anak bangsa indonesia yang membuming di pengujung tahun 2016 dan menjadi pelengkap dan ucapan manis untuk perfilman indonesia yakni Hangout dan Cek Toko Sebelah. Semoga dapat menginspirasi kita semua untuk tetap selalu berkarya di negeri tercinta.